Minggu, 26 Mei 2013

Belajar wajan

Cara Membuat Wajan Bolic (Lengkap dan Terperinci!)
Sebelum membuat Wajan Bolic, kita harus tau dulu apa itu Wajan Bolic dan apa fungsinya.
Apa itu Wajan Bolic?

  Wajan Bolic adalah sebuah antena yang terbuat dari bahan dasar Wajan. Wajan Bolic adalah versi keduanya dari Antena Grid, bedanya Wajan Bolic dengan Antena Grid hanya terletak pada bahan dan efisiensi harganya. Antena grid/ satelit seperti yang kita tahu, harganya sangatlah mahal, mungkin bisa 2 atau 3 juta-an. Sementara Wajan Bolic hanya membutuhkan biaya kurang dari 200.000. Dengan fungsinya yang hampir sama dengan antena grid, Wajan Bolic lebih efisien. Wajan Bolic merupakan antena reciever gelombang radio dengan frekuensi 2.4Ghz. Dan hebatnya lagi, Wajan Bolic adalah karya anak Indonesia, mantap kan?
Apa Fungsi dari Si Wajan Bolic ini?
1.      Menembak sinyal WI-FI yang letaknya jauh (bisa menembak sampai 2 Km-9Km)
2.      Memperkuat sinyal wireless
3.      Menambah sinyal Modem (jika di gunakan untuk modem, bisa menembak HSDPA sampai HSUPA)
Cara Pembuatannya?
Nah inilah tahap yang di tunggu2..
BAHAN :
1. Wajan diameter 36 ? (semakin besar diameternya semakin bagus)
2. PVC paralon tipis ukuran 3” 30cm
3. Doff 3 “ 2 buah
4. Aluminium foil
5. Baut + mur ukuran 12 dan 14
6. USB Wireless
7. Kabel USB Extension 1 meter (panjang sesuai kebutuhan, bisa di beli di toko komputer)
PERALATAN :
1. Penggaris
2. Pisau/ Cutter
3. Gergaji besi
4. Bor (untuk melubangi wajan dan doff)
5. Kikir (Untuk memperbesar lubang wajan setelah di-Bor untuk mendapatkan ukuran yang sesuai dengan Baut ukuran 12 dan 14)
6, Cemilan sama teh + Lagu Peterpan-Dara wakakakak
PERKIRAAN HARGA :
Perkiraan harga yang dikeluarkan untuk membeli bahan WajanBolic adalah kurang dari Rp 300.000 ,-. Bandingkan jikan Anda harus membeli antenna Grid 24 db, yang bikinan local saja mencapai Rp 500.000 ,- lebih dan yang import bisa mencapai Rp 1.000.000 ,- lebih. Atau membeli antenna grid local yang harga nya Rp 200.000 ,- sedangkan yang import bisa mencapai Rp 300.000 lebih.
LANGKAH-LANGKAH  PEMBUATAN :
1. Siapkan semua bahan dan peralatan yang dibutuhkan.

2. Lubangi wajan tepat di tengah wajan tersebut seukuran baut ujuran 14, jika kurang besar gunakan kikir , cukup satu lubang saja.
Kemudian, ukur diameter wajan dan kedalaman wajan.  Kenapa harus pake ngukur2 segala? Ini kita gunakan untuk menghitung Feedernya (permukaan pipa yang tidak di lapisi Alumunium Foil). Rumus mencari Feeder:

F= D^2/(16*d)
*Ket:
- F: Feeder
- D: Diameter Wajan
- d: Kedalaman Wajan
- ‘^’pangkat, ‘/’ pembagian, ‘*’ perkalian
Contoh : Wajan dengan D = 70 cm, d = 20 cm maka jarak titik focus dari center dish : F = D^2 /(16 *d) = 70 ^2 / (16 *20) = 15.3 cm (Bagian yang tidak diberi Alumunium Foil.
1. Potong PVC paralon sepanjang 30 cm, kemudian beri tanda untuk jarak feeder-nya ( daerah bebas aluminium foil). Untuk menentukan panjang feeder-nya gunakan rumus di atas.

2. Beri lubang pada bagian paralon untuk meletakkan USB Wireless, sekitar 5cm dari ujung PVC.

3. Selanjut nya, bungkus PVC paralon dengan dgn aluminium foil pada daerah selain feeder, kalo aluminium foil yang ada tanpa perekat, maka untuk merekatkannya bisa menggunakan double tape.

4. Bor Doff yang satu untuk lubang baut yang akan di pasang di Wajan

5. Pada bagian doff (tutup PVC paralon) yang akan di pasang pada ujung PVC harus di beri aluminium foil, sedangkan doff yang di pasang pada wajan tidak perlu di beri aluminium foil

6. Masukkan USB Wireless pada lubang yang sudah di tandai tadi

8. Dan pasangkan doff tadi ke PVC paralon
9. Kemudian, wajan yang telah di bolongi tadi dipasangkan dengan doff yang satu nya lagi, sebelumnya doff tersebut dilubangi sesuai dengan ukuran baut yang sudah di siapkan, dan kencangkan secukupnya.
10. Kemudian tinggal pasangkan PVC paralon tadi ke wajan yang sudah di pasang doff.

Baiklah
11. Selesai. Wajan bolic tinggal di atur/ diarahkan tempat berada WI-FI nya.

12. Kalau gagal, seperti USB Wireless tidak terbaca, atau terbaca tapi tidak mendapatkan sinyal hotspot yang di tembak, kemungkinan besar ada kesalahan kecil saat perakitan. ^^ Silahkan komen kalau ada yang tidak di mengerti atau bermasalah ^^v

diambil dari:http://tkj-204.blogspot.com/2012/03/cara-membuat-wajan-bolic-lengkap-dan.html

Kamis, 16 Mei 2013

Merbabu 12 mei 2013

Gunung Merbabu merupakan gunung berapi dengan ketinggian 3.142 mdpl yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Jalurnya berupa bukit dan savana yang memiliki pemandangan eksotis. Pasti jatuh cinta!

Wekas merupakan desa terakhir menuju puncak Gunung Merbabu yang memakan waktu trekking sekitar 6-7 jam. Jalur Wekas merupakan jalur pendek sehingga jarang terdapat lintasan yang datar membentang. Lintasan pos I cukup lebar dengan bebatuan yang mendasarinya.

Sepanjang perjalanan, Anda akan menemui ladang penduduk khas dataran tinggi yang ditanami bawang, kubis, wortel, dan tembakau. Di sana juga dapat ditemui ternak kelinci yang kotorannya digunakan sebagai pupuk. Rute menuju pos I cukup menanjak dengan waktu tempuh 2 jam.

Pos I merupakan sebuah dataran dengan sebuah balai sebagai tempat peristirahatan. Di sekitar area ini masih banyak terdapat warung dan rumah penduduk. Selepas pos I, perjalanan masih melewati ladang penduduk, kemudian masuk hutan pinus. Waktu tempuh menuju pos II adalah 2 jam, dengan jalur yang terus menanjak curam.

Pos II merupakan sebuah tempat yang terbuka dan datar, yang biasa menjadi tempat peristirahatan sejenak. Pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur, Pos II ini banyak digunakan oleh para remaja untuk berkemah. Sehingga pada hari-hari tersebut banyak penduduk yang berdagang makanan. Pada area ini terdapat sumber air yang di salurkan melalui pipa-pipa besar yang ditampung pada sebuah bak.

Dari Pos II terdapat jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai yang dijadikan sumber air bagi masyarakat sekitar Wekas dan desa-desa sekitar. Jalur ini mengikuti aliran pipa air menyusuri tepian jurang yang mengarah ke aliran sungai di bawah kawah.

Terdapat dua buah aliran sungai yang sangat curam yang membentuk air terjun yang bertingkat-tingkat, sehingga menjadi suatu pemandangan yang sangat luar biasa dengan latar kumpulan puncak-puncak Gunung Merbabu.

Selepas Pos II, jalur mulai terbuka hingga bertemu dengan persimpangan jalur Kopeng yang berada di atas pos V (Watu Tulis). Dari persimpangan ini menuju pos Helipad hanya memerlukan waktu tempuh 15 menit.

Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo (Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.

Baduy - wilkipedia

Orang Kanekes
Kanekes
Baduy/Badui

Keluarga Kanekes
Jumlah populasi

5.000 - 8.000
Kawasan dengan populasi yang signifikan
Banten, Indonesia
Bahasa
Dialek Baduy dari Sunda
Agama
Hinduisme (Sunda Wiwitan), Islam, Buddha (Minoritas)
Kelompok etnik terdekat
Sunda

Orang Kanekes atau orang Baduy/Badui adalah suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Populasi mereka sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka merupakan salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki keyakinan tabu untuk difoto, khususnya penduduk wilayah Baduy dalam.
Etimologi

Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo (Garna, 1993).
Wilayah

Wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT (Permana, 2001). Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Wilayah yang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng dengan ketinggian 300 – 600 m di atas permukaan laut (DPL) tersebut mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata mencapai 45%, yang merupakan tanah vulkanik (di bagian utara), tanah endapan (di bagian tengah), dan tanah campuran (di bagian selatan). suhu rata-rata 20 °C.

Tiga desa utama orang Kanekes Dalam adalah Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo.
Bahasa

Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes Dalam tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat-istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.

Orang Kanekes tidak mengenal sekolah, karena pendidikan formal berlawanan dengan adat-istiadat mereka. Mereka menolak usulan pemerintah untuk membangun fasilitas sekolah di desa-desa mereka. Bahkan hingga hari ini, walaupun sejak era Suharto pemerintah telah berusaha memaksa mereka untuk mengubah cara hidup mereka dan membangun fasilitas sekolah modern di wilayah mereka, orang Kanekes masih menolak usaha pemerintah tersebut. Akibatnya, mayoritas orang Kanekes tidak dapat membaca atau menulis.
Kelompok masyarakat

Orang Kanekes masih memiliki hubungan sejarah dengan orang Sunda. Penampilan fisik dan bahasa mereka mirip dengan orang-orang Sunda pada umumnya. Satu-satunya perbedaan adalah kepercayaan dan cara hidup mereka. Orang Kanekes menutup diri dari pengaruh dunia luar dan secara ketat menjaga cara hidup mereka yang tradisional, sedangkan orang Sunda lebih terbuka kepada pengaruh asing dan mayoritas memeluk Islam.

Masyarakat Kanekes secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka (Permana, 2001).

Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Kanekes Dalam (Baduy Dalam), yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampung: Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik. Ciri khas Orang Kanekes Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih. Mereka dilarang secara adat untuk bertemu dengan orang asing.

Kanekes Dalam adalah bagian dari keseluruhan orang Kanekes. Tidak seperti Kanekes Luar, warga Kanekes Dalam masih memegang teguh adat-istiadat nenek moyang mereka.

Sebagian peraturan yang dianut oleh suku Kanekes Dalam antara lain:
Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi
Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki
Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Pu'un atau ketua adat)
Larangan menggunakan alat elektronik (teknologi)
Menggunakan kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.

Kelompok masyarakat kedua yang disebut panamping adalah mereka yang dikenal sebagai Kanekes Luar (Baduy Luar), yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Kanekes Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Masyarakat Kanekes Luar berciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam.

Kanekes Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Kanekes Dalam. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkannya warga Kanekes Dalam ke Kanekes Luar:
Mereka telah melanggar adat masyarakat Kanekes Dalam.
Berkeinginan untuk keluar dari Kanekes Dalam
Menikah dengan anggota Kanekes Luar

Ciri-ciri masyarakat orang Kanekes Luar
Mereka telah mengenal teknologi, seperti peralatan elektronik, meskipun penggunaannya tetap merupakan larangan untuk setiap warga Kanekes, termasuk warga Kanekes Luar. Mereka menggunakan peralatan tersebut dengan cara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan pengawas dari Kanekes Dalam.
Proses pembangunan rumah penduduk Kanekes Luar telah menggunakan alat-alat bantu, seperti gergaji, palu, paku, dll, yang sebelumnya dilarang oleh adat Kanekes Dalam.
Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk laki-laki), yang menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan celana jeans.
Menggunakan peralatan rumah tangga modern, seperti kasur, bantal, piring & gelas kaca & plastik.
Mereka tinggal di luar wilayah Kanekes Dalam.

Apabila Kanekes Dalam dan Kanekes Luar tinggal di wilayah Kanekes, maka "Kanekes Dangka" tinggal di luar wilayah Kanekes, dan pada saat ini tinggal 2 kampung yang tersisa, yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam). Kampung Dangka tersebut berfungsi sebagai semacam buffer zone atas pengaruh dari luar (Permana, 2001).
Asal-usul

Delegasi Kanekes sekitar tahun 1920

Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia.

Pendapat mengenai asal-usul orang Kanekes berbeda dengan pendapat para ahli sejarah, yang mendasarkan pendapatnya dengan cara sintesis dari beberapa bukti sejarah berupa prasasti, catatan perjalanan pelaut Portugis dan Tiongkok, serta cerita rakyat mengenai 'Tatar Sunda' yang cukup minim keberadaannya. Masyarakat Kanekes dikaitkan dengan Kerajaan Sunda yang sebelum keruntuhannya pada abad ke-16 berpusat di Pakuan Pajajaran (sekitar Bogor sekarang). Sebelum berdirinya Kesultanan Banten, wilayah ujung barat pulau Jawa ini merupakan bagian penting dari Kerajaan Sunda. Banten merupakan pelabuhan dagang yang cukup besar. Sungai Ciujung dapat dilayari berbagai jenis perahu, dan ramai digunakan untuk pengangkutan hasil bumi dari wilayah pedalaman. Dengan demikian penguasa wilayah tersebut, yang disebut sebagai Pangeran Pucuk Umum menganggap bahwa kelestarian sungai perlu dipertahankan. Untuk itu diperintahkanlah sepasukan tentara kerajaan yang sangat terlatih untuk menjaga dan mengelola kawasan berhutan lebat dan berbukit di wilayah Gunung Kendeng tersebut. Keberadaan pasukan dengan tugasnya yang khusus tersebut tampaknya menjadi cikal bakal Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang masih mendiami wilayah hulu Sungai Ciujung di Gunung Kendeng tersebut (Adimihardja, 2000). Perbedaan pendapat tersebut membawa kepada dugaan bahwa pada masa yang lalu, identitas dan kesejarahan mereka sengaja ditutup, yang mungkin adalah untuk melindungi komunitas Kanekes sendiri dari serangan musuh-musuh Pajajaran.

Van Tricht, seorang dokter yang pernah melakukan riset kesehatan pada tahun 1928, menyangkal teori tersebut. Menurut dia, orang Kanekes adalah penduduk asli daerah tersebut yang mempunyai daya tolak kuat terhadap pengaruh luar (Garna, 1993b: 146). Orang Kanekes sendiri pun menolak jika dikatakan bahwa mereka berasal dari orang-orang pelarian dari Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Menurut Danasasmita dan Djatisunda (1986: 4-5) orang Baduy merupakan penduduk setempat yang dijadikan mandala' (kawasan suci) secara resmi oleh raja, karena penduduknya berkewajiban memelihara kabuyutan (tempat pemujaan leluhur atau nenek moyang), bukan agama Hindu atau Budha. Kebuyutan di daerah ini dikenal dengan kabuyutan Jati Sunda atau 'Sunda Asli' atau Sunda Wiwitan (wiwitan=asli, asal, pokok, jati). Oleh karena itulah agama asli mereka pun diberi nama Sunda Wiwitan. Raja yang menjadikan wilayah Baduy sebagai mandala adalah Rakeyan Darmasiksa.
Kepercayaan

Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Buddha, Hindu, . Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep "tanpa perubahan apa pun", atau perubahan sesedikit mungkin:
Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung.

(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)

Tabu tersebut dalam kehidupan sehari-hari diinterpretasikan secara harafiah. Di bidang pertanian, bentuk pikukuh tersebut adalah dengan tidak mengubah kontur lahan bagi ladang, sehingga cara berladangnya sangat sederhana, tidak mengolah lahan dengan bajak, tidak membuat terasering, hanya menanam dengan tugal, yaitu sepotong bambu yang diruncingkan. Pada pembangunan rumah juga kontur permukaan tanah dibiarkan apa adanya, sehingga tiang penyangga rumah Kanekes seringkali tidak sama panjang. Perkataan dan tindakan mereka pun jujur, polos, tanpa basa-basi, bahkan dalam berdagang mereka tidak melakukan tawar-menawar.

Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. Orang Kanekes mengunjungi lokasi tersebut untuk melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan Kalima, yang pada tahun 2003 bertepatan dengan bulan Juli. Hanya Pu'un atau ketua adat tertinggi dan beberapa anggota masyarakat terpilih saja yang mengikuti rombongan pemujaan tersebut. Di kompleks Arca Domas tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air hujan. Apabila pada saat pemujaan ditemukan batu lumpang tersebut ada dalam keadaan penuh air yang jernih, maka bagi masyarakat Kanekes itu merupakan pertanda bahwa hujan pada tahun tersebut akan banyak turun, dan panen akan berhasil baik. Sebaliknya, apabila batu lumpang kering atau berair keruh, maka merupakan pertanda kegagalan panen (Permana, 2003a).

Bagi sebagian kalangan, berkaitan dengan keteguhan masyarakatnya, kepercayaan yang dianut masyarakat adat Kanekes ini mencerminkan kepercayaan keagamaan masyarakat Sunda secara umum sebelum masuknya Islam.
Pemerintahan

Masyarakat Kanekes mengenal dua sistem pemerintahan, yaitu sistem nasional, yang mengikuti aturan negara Indonesia, dan sistem adat yang mengikuti adat istiadat yang dipercaya masyarakat. Kedua sistem tersebut digabung atau diakulturasikan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi benturan. Secara nasional, penduduk Kanekes dipimpin oleh kepala desa yang disebut sebagai jaro pamarentah, yang ada di bawah camat, sedangkan secara adat tunduk pada pimpinan adat Kanekes yang tertinggi, yaitu "Pu'un".

Struktur pemerintahan Kanekes

Pemimpin adat tertinggi dalam masyarakat Kanekes adalah "Pu'un" yang ada di tiga kampung tangtu. Jabatan tersebut berlangsung turun-temurun, namun tidak otomatis dari bapak ke anak, melainkan dapat juga kerabat lainnya. Jangka waktu jabatan Pu'un tidak ditentukan, hanya berdasarkan pada kemampuan seseorang memegang jabatan tersebut.
Mata pencaharian

Sebagaimana yang telah terjadi selama ratusan tahun, maka mata pencaharian utama masyarakat Kanekes adalah bertani padi huma. Selain itu mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual buah-buahan yang mereka dapatkan di hutan seperti durian dan asam keranji, serta madu hutan.
Interaksi dengan masyarakat luar

Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang ini ketat mengikuti adat-istiadat bukan merupakan masyarakat terasing, terpencil, ataupun masyarakat yang terisolasi dari perkembangan dunia luar. Berdirinya Kesultanan Banten yang secara otomatis memasukkan Kanekes ke dalam wilayah kekuasaannya pun tidak lepas dari kesadaran mereka. Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan seba ke Kesultanan Banten (Garna, 1993). Sampai sekarang, upacara seba tersebut terus dilangsungkan setahun sekali, berupa menghantar hasil bumi (padi, palawija, buah-buahan) kepada Gubernur Banten (sebelumnya ke Gubernur Jawa Barat), melalui bupati Kabupaten Lebak. Di bidang pertanian, penduduk Kanekes Luar berinteraksi erat dengan masyarakat luar, misalnya dalam sewa-menyewa tanah, dan tenaga buruh.

Perdagangan yang pada waktu yang lampau dilakukan secara barter, sekarang ini telah mempergunakan mata uang rupiah biasa. Orang Kanekes menjual hasil buah-buahan, madu, dan gula kawung/aren melalui para tengkulak. Mereka juga membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi sendiri di pasar. Pasar bagi orang Kanekes terletak di luar wilayah Kanekes seperti pasar Kroya, Cibengkung, dan Ciboleger.

Pada saat ini orang luar yang mengunjungi wilayah Kanekes semakin meningkat sampai dengan ratusan orang per kali kunjungan, biasanya merupakan remaja dari sekolah, mahasiswa, dan juga para pengunjung dewasa lainnya. Mereka menerima para pengunjung tersebut, bahkan untuk menginap satu malam, dengan ketentuan bahwa pengunjung menuruti adat-istiadat yang berlaku di sana. Aturan adat tersebut antara lain tidak boleh berfoto di wilayah Kanekes Dalam, tidak menggunakan sabun atau odol di sungai. Namun demikian, wilayah Kanekes tetap terlarang bagi orang asing (non-WNI). Beberapa wartawan asing yang mencoba masuk sampai sekarang selalu ditolak masuk.

Pada saat pekerjaan di ladang tidak terlalu banyak, orang Kanekes juga senang berkelana ke kota besar sekitar wilayah mereka dengan syarat harus berjalan kaki. Pada umumnya mereka pergi dalam rombongan kecil yang terdiri dari 3 sampai 5 orang, berkunjung ke rumah kenalan yang pernah datang ke Kanekes sambil menjual madu dan hasil kerajinan tangan. Dalam kunjungan tersebut biasanya mereka mendapatkan tambahan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Rujukan
Adimihardja, K. (2000). Orang Baduy di Banten Selatan: Manusia air pemelihara sungai, Jurnal Antropologi Indonesia, Th. XXIV, No. 61, Jan-Apr 2000, hal 47 – 59.
Garna, Y. (1993). Masyarakat Baduy di Banten, dalam Masyarakat Terasing di Indonesia, Editor: Koentjaraningrat & Simorangkir, Seri Etnografi Indonesia No.4. Jakarta: Departemen Sosial dan Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial dengan Gramedia Pustaka Utama.
Iskandar, J. (1991). An evaluation of the shifting cultivation systems of the Baduy society in West Java using system modelling, Thesis Abstract of AGS Students, [1].
Makmur, A. (2001). Pamarentahan Baduy di Desa Kanekes: Perspektif kekerabatan, [2].
Nugraheni, E. & Winata, A. (2003). Konservasi lingkungan dan plasma Nutfah menurut kearifan tradisional masyarakat kasepuhan Gunung Halimun, Jurnal Studi Indonesia, Volume 13, Nomor 2, September 2003, halaman 126-143.
Permana, C.E. (2001). Kesetaraan gender dalam adat inti jagat Baduy, Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Permana, C.E. (2003). Arca Domas Baduy: Sebuah referensi arkeologi dalam penafsiran ruang masyarakat megalitik, Indonesian Arheology on the Net, [3]
Permana, C.E. (2003). Religi dalam tradisi bercocok tanam sederhana, Indonesian Arheology on the Net, [4]
Ascher, Robert, 1971 Analogy in Archaeological Interpretation, dalam James Deetz (ed.) Mans Imprint from the Past. Boston: Little Brown. Hal: 262271.
Danasasmita, Saleh dan Anis Djatisunda,., 1986 Kehidupan Masyarakat Kanekes. Bandung: Sundanologi.
Ekadjati, Edi S., 1995 Kebudayaan Sunda (Suatu Pendekatan Sejarah). Jakarta: Pustaka Jaya.
Garna, Judhistira, 1988 Perubahan Sosial Budaya Baduy dalam Nurhadi Rangkuti (Peny.). Orang Baduy dari Inti Jagat. Bentara Budaya, KOMPAS, Yogyakarta: Etnodata Prosindo.
1993 Masyarakat Baduy di Banten, dalam Koentjaraningrat (ed.) Masyarakat Terasing di Indonesia. Jakarta: Gramedia . Hal. 120-152)
Hoevell, W.R. van, 1845 Bijdrage tot de kennis der Badoeinen in het zuiden der residentie Bantam. TNI, VII: 335-430.
Iskandar, Johan, 1992 Ekologi Perladangan di Indonesia: Studi Kasus dari Daerah Baduy, Banten Selatan, Jawa Barat. Jakarta: Djambatan.
Jacobs, J. and J.J. Meijer, 1891 De Badoejs. s-Grahenhage: Martinus Nijhoff.
Koorders, D., 1869 Losse Aantekeningeng tijdens het bezoek bij de Badois, BKI, LVI: 335-341.
Kramer, C., 1979 Etnoarchaeology: Implication of Ethnography for Archaeology. New York: Columbia University Press.
Mundardjito., 1981 Etnoarkeologi: Peranannya dalam Pengembangan Arkeologi di Indonesia, dalam Majalah Arkeologi 1-2, IV:17-29
Permana, R. Cecep Eka, 1996 Tata Ruang Masyarakat Baduy. Tesis Antropologi Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Pleyte, C.M., 1909 Artja Domas, het zielenland der Badoejs. Tijdschrift voor Indishe Taal, land en Volkenkunde. LI:Afl. 6: 494-526.
Tricht, B. van, 1929 Levende Antiquiteiten in West-Java. Djawa IX: 43-120.

Senin, 13 Mei 2013

Celana Cinta di Surya Kencana - by Andri.Kr

CELANA CINTA DI SURYA KENCANA
 
“ Mas Andri, saya pak Mardani, posisi saya sekarang sudah ada di Area parkir Carrefour ”
“ Oke pak, tunggu disana, saya meluncur kesana “ sahut saya.
 
 
Yups … inilah awal petualangan saya kali ini,waktu menunjukkan pk. 19.30 wib
 
Hari ini, jumat 5 April 2013, merupakan hari dimana saya mencoba melupakan kepenatan bekerja, mencoba “melupakan sejenak” orang-orang tercinta disamping saya,hehe ….Petualangan kali ini saya pilih tujuan Gunung Gede, Cibodas Jawa Barat, bersama sobHat-sobHat saya yang bergabung di organisasi Honda Adventure Team (HAT). Perjalanan kami pun kami mulai pada pk. 22.10 wib dengan menggunakan truk TNI menuju Cipanas dengan pak Mardani sebagai drivernya.
 
Tanpa terasa setelah off road nggak jelas (jalanan ancur), kami tiba dikaki Gunung Putri pk . 01.40 wib. Pendakian menuju puncak Gunung Gede kali ini kami pilih jalur pendakian Gunung Putri, bukan karena anak saya yang bernama Kirana Andini Putri, tapi memang sudah kesepakatan dari sobHat semua, karena jalur Putrilah jalur yang tercepat menuju Surya Kencana.
 
Start Pendakian saya mulai pk.03.30 wib, langkah demi langkah kini mulai bergerak menelusuri jalan setapak, ditemani suara gemercik air yang mengalir di dalam bambu, diselimuti gelapnya malam. Pk. 04.00 wib tibalah kami di pos GPO (Gede Pangrango Operation), dengan seksama kami mendengarkan arahan dari Ranger GPO, setelah 5 menit kami di pos GPO, barulah kami melanjutkan perjalanan. Terdengar sayu-sayu suara nafas, nampaknya jantung kami bekerja ekstra guna menyesuaikan track Gunung Putri, tanpa terasa tibalah kami di pos 1 disinilah kami beristirahat sejenak sambil melakukan ibadah Sholat Subuh “loh koq sudah Sholat Subuh” gumamku. Ternyata waktu sudah menunukkan pk. 05.00 wib.
 
Tepat pk. 06.00 wib perjalanan kami lanjutkan, kini perjalanan mulai menantang.jalur Putri memang terbilang lebih sulit dan melelahkan dibanding jalur Cibodas
 
Siang hari sekitar pk.10.00 wib, tanpa diduga kami bertemu dengan salah seorang sahabat pendaki, ya  ….. dialah Sang Penjual Nasi Uduk, tanpa pikir panjang kamipun langsung membeli nasi uduknya,Rp.7.000 plus gorengan Rp.2.000, setelah perut terisi perjalanan kami lanjutkan.
 
Tik…Tik..Tik.. Bunyi hujan diatas ….
 
Wow….., ternyata hujan turun, jam tangan Casioku menunjukkan pk.11.30 wib, perjalanan pun semakin menarik, jalan menanjak, hujan turun, pengalamana yang sungguh tak terlupakan, inilah salah satu Seni Mendaki, dengan berbekal Semangat, Raincoat Dogment plus Energy sebungkus Nasi Uduk akhirnya kami tiba di Surya Kencana pk.13.00 wib,
 
Sabtu 6 april 2013. Semua rasa lelah, letih terbayar sudah dengan indahnya pemandangan Surya Kencana, inilah pemandangan yang kunanti-nantikan, luas,hijau, menentramkan jiwa dan memanjakan mata bagaikan oro-oro ombo di Gunung Semeru, bagaikan lembah kijang di Gunung Arjuno.
 
Keesokan harinya, Minggu 7 april 2013, pk.06.00 wib. inilah saatnya saya berfoto-foto ria dengan mengenakan Celana Pendek kotak-kotak pemberian si Cinta, sudah niat saya dari Jakarta, saya akan berfoto-foto di Surya Kencana dengan Celana pemberian si Cinta. Celana ini bukan celana biasa bagiku, karena Celana ini dibeli oleh si Cinta khusus untuk petualanganku kali ini, jujur … sangat kaget saya melihat Celana yang dibelikan oleh si Cinta, kenapa juga celana kotak-kotak, kenapa juga bahannya beginian , hehe …Puas setelah berfoto-foto ria, tepat pk.09.00 wib perjalanan kami lanjutkan menuju Cibodas, karena di Cibodaslah pak Mardani menanti kami.
 
Perjalanan pulang menuju Cibodas bukanlah perjalanan tanpa rintangan, karena kita akan melewati Tanjakan menuju Puncak Gunung Gede (2958 mdpl) terlebih dahulu, sekitar 1 jam perjalanan sampailah kami di puncak, seperti biasanya kami melakukan ritual poto-poto,hehe ….
 
Puas ….
 
Ya itulah perasaan saya berada diatas puncak Gunung Gede, tak lelah-lelahnya mata ini memandangi keindahan Surya Kencana dari titik tertinggi Gunung Gede, ditemani sebatang rokok Djarum Super, kucoba memahami, mengapa Soe Hoek Gie begitu cinta akan Surya Kencana, sampai-sampai dia membuat puisi untuknya.
 
Hmm…. Bebaslah semua orang mengekspresikan akan apa dan bagaimana Surya Kencana
 
Perjalanan pulang “turun gunung” menuju Cibodas kami lanjutkan, tanah, pasir, bebatuan kami tapaki, tanpa terasa jam Casioku sudah menunjukkan pk.18.00 wib, dan kamipun telah tiba di Cibodas, Warung Mang Idi
 
Alhamdulillah ….
 
Usai sudah petualanganku kali ini …
Terima Kasih ya ALLAH atas semuanya, Terima Kasih Cinta atas Celananya, Terima Kasih SobHAT semua …..  (and.kr)

Nasi Uduk 2958 mdpl - by Sahrul Assaf

NASI UDUK 2958 mdpl
 
Sarden cap “aji” menjadi pendamping acara “hujan-hujanan di alun-alun surya kencana”ladang eidelweiss.Tepat pukul 10.00 wib alun-alun surya kencana di datangi karyawan PT AHM, yang tergabung dalam organisasi Honda Adventure Team ( HAT ). 
 
…Back to Nature !!!.., itu yang terlintas di otak kami.
Jumat malam, masih harus mencari  gear  ( perlengkapan mendaki ) salah satu rekan kami yang masih belum lengkap, di tambah belum  packing ( mengemas barang ).Langit semakin gelap, angka di jam tangan pun terus berubah. Kami  memutuskan tidak ikut team HAT yang sudah berkumpul  di AHM Sunter untuk berangkat bareng menuju Gunung Gede 2958 mdpl ( meter dari permukaan laut ).
 
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ( TNGP) dengan ketinggian 2958 mdpl ( meter dari permukaan laut ), adalah gunung yang cukup terkenal di kalangan penggiat alam bebas. Lokasinya yang terletak di Bogor,Jawa Barat cukup mudah aksesnya, kita bisa memilih rute pendakian. Cibodas adalah rute yang paling sering diguanakan untuk para penggiat alam bebas menuju puncak Gunung Gede Pangrango, Selabintana rute yang jarang di gunakan oleh para penggiat alam bebas, karena lokasi yang cukup jauh karena pos selabintana masuk area wilayah Sukabumi, Cipanas adalah rute yang di pilih HAT menuju puncak Gunung Gede, karena team bisa langsung berkumpul membangun tenda bersama di alun-alun surya kencana untuk beristirahat dan melanjutkan ke puncak Gunung Gede.
 
Sabtu dini hari tepat 01:00 kami baru berangkat dari timur Jakarta,  rencananya kami ingin menyewa mobil menuju Cipanas tapi tidak dapat. Masih di timur Jakarta tiba-tiba seorang bapak tua menawarkan jasanya untuk mengantar kami menggunakan kendaraan TAXI, kami serempak untuk berkata DEAL !!! .Alasan kami menyewa mobil  Cuma satu agar kami bisa beristirahat selama perjalanan.
Satu kata untuk Bapak tua yang mengantar kami DAHSYAT !!!, karena kami tiba pukul 02:30 di Cipanas dengan selamat, seperti   dalam film TAXI seolah hafal banget dengan rute jalan raya puncak, sang sopir dengan partnernya “ menari” di atas aspal meliuk ke kanan, ke kiri menerobos dinginnya puncak.Gak rugi lah di sopiri oleh “Michael Schumacer “ versi kami.
 
Adzan Shubuh berkumandang  kami menyempatkan untuk “ngedate”  sepuluh  menit.Kembali bergerak berjalan di medan yang kurang lebih 90 derajat, di tengah perjalanan ada seorang pendaki yang bergerak cepat tiba-tiba memperlambat jalannya saat berada di sekumpulan orang yang sedang beristirahat lalu menawarkan “uduk, nasi uduk a ?”.Lelaki stengah baya itu mencoba mengais rezaki di ketinggian dengan berjualan nasi uduk yang hanya di bawa menggunakan plastic kresek hitam, air mineral 600 ml untuk bekal minum, alas kaki yang sederhana. Tidak seperti kami yang menggunakan yang beralas vibram,essensole,brake system,waterproof.
 
Alun-alun surya kencana sudah di penuhi ratusan pendaki lain yang berdatangan dari berbagi daerah,cukup ramai pendakian di bulan April karena TNGP baru saja di buka untuk umum.Hujan terus mengguyur alun-alun surya kencana, basah, basah dan basah…semua gear  basah.
Misi belum selesai, karena 2958 mdpl Gunung Gede sudah menunggu kami, terjalnya arena menuju puncak Gn Gede tidak melemahkan langkah kami, hamparan alun-alun surya kencana kini dapat kami lihat dari 2958 mdpl di minggu pagi.Sedikit ” view” berbeda di puncak gunung,  bocah kecil bersama ayahnya menggelar lapak kecil dengan penuh warna, POP MIE, KOPI,NASI UDUK…, ia mereka mencari rezeki di ketinggian 2958 mdpl.
 
Cibodas, tujuan kami selanjutnya karena kami turun melewati  jalur ini,. Cukup landai dan seru, jalur air panas harus kami lewati perlahan-lahan  untuk menuju lokasi wisata air terjun cibeureum yang banyak di kunjungi wisatawan local.Telaga warna masih mampu menampung air seperti biasanya.Pos utama telah kami datangi, artinya perjalanan turun telah  selesai. Laporan kepada ranger ( penjaga pos cibodas), bahwa team HAT telah sampai, sampah makanan yang kami bawa turun kembali, di polling di tempat sampah yang berada di area pos utama cibodas.
 
Senyum itu tidak berubah masih seperti yang lalu, “ mang idi, teh manis hangat 3, indomie rebus 3 pake telor “, pinta kami menutup perjalanan. ( SAP ) 
 
 
Ini Tulisanku… Mana Tulisanmu ?

Kesabaran Dan Semangat Satu Hati - by deddy blee

KESABARAN DAN SEMANGAT SATU HATI
 
Untuk yang ke 5 kalinya mendaki Gn Gede kali ini adalah yang terberat,bagai mana tidak sehabis pulang kerja langsung berangkat menuju Gn Putri dan langsung mendaki tanpa istirahat terlebih dahulu.Sedikit putus asa karana kelelahan,ngantuk serta guyuran hujan yang cukup lebat menyambut pendakian.Namun dengan KESABARAN DAN SEMANGHAT SATU HATI smuanya bisa dilalui dan mengsukseskan ivent ini
 
"Kekuatan alam tidak bisa dilawan dan diprediksi hanya tekad,smangat dan kesabaran untuk bisa melewatinya"
 
  Pendakian Bersama Honda Adventure Team. ( HAT ) pada tgl 06-07 April 2013,sesuai kesepakatan bersama pendakian dipilih jalur Gn Putri dan turun jalur Cibodas. Untuk perijinan sblmanya sudah diurus dua minggu sbelum keberangkatan
 
  Tanggal 05 April 2013 hari H.kami smua brangkat dari PT Astra Honda Motor ( AHM ) pkl 22.10 dengan menggunakan truck TNI.Sampai di Gn Putri pkl 00.15 kami langsung mempersiapakan perlengkapan mendaki seperti Hadlamp dan perlekapan lainnya,jga perbekalan saat dijalur pendakian.Pendakian dibagi menjadi tiga kelompok karna ada sbagian rekan-rekan yang masih di perjalanan,kelompok pertama mulai mendaki pkl 01.45,klompok ke dua pkl 02.30 dan klompok ke tiga pkl 04.00.sebelum menunggu klompok ke tiga ada rombongan dari Depok yang tertahan di pos pemeriksaan karna tidak memenuhi setandar pendakian "Tidak pakai sepatu" mereka sempat dikerjai para Rangger dengan menawari spatu mereka dan mau melelang sepatu para pendaki yang menginap di pos pemeriksaan.Karna kasihan para Rangger itupun mengijinkan para pendaki untuk mendaki dengan perjanjian tertulis diatas materai
 
  Pkl 04.00 saya mulai mendaki.Langkah pertama begitu berat namun setelah keringat ini mengucur langkah smakin ringan tapi tetap rasa kantuk tak terelakan.Dari jauh terdengar suara kumandang Azan Subuh kami pun istirahat smbil memberi kesempatan kepada rekan2 yang akan Shalat Subuh,setelah selesai kami pun melanjutkan perjalanan
 
  Langit mulai terang hadllamp pun dimatikan.setelah mendaki sekitar tiga jam dan tracknya mulai menanjak dengan kondisi pijakan licin hujan yang cukup lebat pun turun menemani pendakian kami.langkah kaki semakin berat karna spatu dan tas carriel basah dan tracknya tambah licin,di saat kondisi hujan saya sempat tertidur karna rasa lelah dan kantuk yang teramat sangat.setelah tertidur sekitar setengah jam saya melanjutkan pendakian.Hujan tak kunjung reda dan track pendakian yang mulai menanjak membuat saya sedikit putus asa,namun dengan Kesabaran dan Semangat Satu Hati membuat saya bertahan dan melanjutkan perjalanan,perlahan namun pasti
 
  "Saat berada dialam bebas dan kondisi tubuh melampawi batas kemampuan manusia pasti akan teringat dengan orang-orang yang dicintainya dan rindu dengan rumah,dalam hati slalu berucap dan Berdoa Kepada Sang Pencipta agar diberikan keselamatan dan kelancaran dalam pendakian"
 
  Setelah mendaki sekitar tiga jam rasa lelah itu terbayar saat berada di Alun-alun Surya Kencana yang ditumbuhi pohon bunga Edelways,rasa Syukurpun terucap dari mulut ini karna masih dikasih kesempatan menginjakakan kaki di Surya Kencana
 
  Saya pun bergegas menyusul teman-teman yang sebelmnya sudah sampai terlebih dahulu kmudian mendirikan tenda
Segelas kopi panas dan semangkuk mie instan menghangatkan tubuh yang sudah kedinginan.Ahhhh cuaca memang sedang tidak berpihak kepada kami,lagi-lagi hujan turun dengan derasnya.hanya bisa menikmati Surya Kencana dari dalam tenda.Hampir satu jam menunggu hujan reda tapi tak ada tanda-tanada akan reda
 
"Menunggu Hujan Reda Sama Halnya Dengan Menunggu Gebetan Yang Sedang Jalan Sama Pacarnya.Sama-Sama Gak Pasti"
 
  Sedikit kecwa dengan cuaca yang tidak mendukung,manfaatkan waktu dengan istirahat sipa tau bisa ngimpiin gebetan,,,heheeee
Waktu istirahat sedikit terganggu dengan teriakan pendaki yang sedang mencari temannya,alhasil tidak bisa melanjutkan istirahat sambil menengok keluar tendah,ternyata masih gerimis dan suara teriakan itu pun hilang bagai ditelan bumi
 
  "Kala malam tiba di Surya Kencana hanya suara gemercik air hujan yang kudengar,segelas kopi dan sebatang rokok menjadi teman dimalam yang sepi dan sunyi.Ohhh Surya Kencana Langitmu sangat hitam pekat tak ada Bintang,Bulan pun enggan menampakan sinaranya"
 
Malam kian larut waktu menunjukan pkl 01.10.Setelah habis satu gelas susu jahe dan dua batang rokok saatnya melanjutkan istirahat yang tertunda "Numpang Tidur Di Surya Kencana"
"Ikan Asinnya ajib tapi sayang gak ada nasinya,weyyy bangun mataharinya nongol"terdengar teriakan dari tenda sebelah padahal masih jam 04.00.Terpaksa ikut bangun dan menyiapkan sarapan pagi
Setelah sarapan pagi dan poto-pota kami semua packing persiapan untuk perjalanan pulang.Pkl 08.00setelah selesai packing kami menuju pucak Gn Gede.Kalau turun dari jalur Cibodas harus melewati puncak Gn Gede kurang lebih satu jam perjalanan dari surya kencana menuju puncak,ternyat dipuncak ada Super Mini Marketnya,para penduduk setempat berjualan pop mie,wafer,biskuit jga bias pesan kopi atw teh manis,cukup lengkap bahkan di Surken ada penjual Nasi Uduk.setelah puas menikmati puncak dan poto-poto lalu melanjutkan perjalanan.Pkl 10.42 tiba di Tanjakan Setan,entah knapa diberi nama Tanjakan Setan namun untuk menuruninya cukup sulit pendaki harus berpegangan ke talai yang sudah disiapkan karna kemiringannya hampir 90 drajat,bila tidak berani bisa lewat jalan memutar.Pkl 11.47 sampai di Kandang badak istirahat,di kandang badak ramai dengan tenda para pendaki seperti pasar malam yang pindah ke gunung,dikandang badak pun tempat persimpangan yang menuju pncak Gn Gede dan puncak Gn Pangrango.Kemudian kami pun melanjutkan perjalanan,pkl 13.23 kami sampai di Air Panas,namanya jga Air Panas pasti ada yang suka berendam.Disini kami makan siang karna perut sudah keroncongan,kami masak sisa logistick yang masih ada,selesai makan siang kami santay-santay sejenak sambil bercanada dan tertawa yang pastinya ya Ngerokok smbil Ngopi.Pkl 14.00 kami melanjutkan perjalanan,pkl 15.26 kami tiba di Panyancangan,panyancangan merupakn pos tempat istirahat.Disini jga tempat persimpangan untuk menuju Curug Ciberem
 
Alhamdulillah smuanya lancar dan slamat,pendakian yang cukup melelahkan akhirnya sampai di Cibodas Bascamp warung Mang Idi pkl 17.35.Warung Mang Idi kerap dipergunakan para pendaki untuk beristirahat sambil bersih-bersih badan,Sebelum kembali ke Jakarta kami pun beristirahat di warung Mang Idi smabil menikmati teh hangat dan semangkuk mie goreng.pkl 19.30 kami smua brangkat menuju Jakarta dengan Truck yang sama saat berangkat
 
"Untuk menggapai Kesuksesan dibutuhkan Kesabaran,Smangat Satu HATi,Kerja Sama dan jga Doa"
 
Trima Kasih Kepada Rekan-Rekan Honda Adventure Team ( HAT ) Pt Astra Honda Motor atas kerja samanya sehingga acaranya bisa berjalan Lancar dan Sukses . (blee)
 
   INI TULISANKU MANA TULISANMU ?

Cinta Pemandangan Pertama - by syifa

CINTA PEMANDANGAN PERTAMA 
Tik… tok.. tik.. tok.. tik.. tok..
Waktu tepat menunjukkan pukul 16.30 WIB pada hari jumat 6 april, sadar malam harinya akan mendaki gunung bersama HAT maka saya langsung melejit pulang, karena saya belum mempersiapkan apapun untuk dibawa ke atas gunung. Mengingat ini kali pertama saya melakukan hiking jadi dengan perlengkapan seadanya saya beranikan diri untuk berangkat tepat pukul 20.00 wib dari rumah menuju AHM yang akan dilanjutkan kembali melanjutkan perjalanan menuju gunung putri di puncak, Jawa Barat.
Suka duka mendaki cukup mengesankan dari mulai sepatu jebol dipertengahan jalan, pundak dan punggung keram, nafas yang terengah-engah, bahkan tidur berdiri sambil bersandar dipepohonan sampai tidur kedinginan saat hujan turun. Karena belum terbiasa mendaki hatipun sempat bergerutu “ngapain sih ikut mendaki begini, menyiksa diri”. Tapi dengan adanya dukungan dan bantuan dari teman-teman HAT yang selalu membuat saya yakin bahwa saya mampu mencapai puncak gunung gede tersebut, saya pun tetap semangat. Bahkan beberapa orang dari team yang mendaki bersama saya dengan sabar menunggu kami yang mendaki cukup lambat karena kami masih pemula dalam mendaki dibandingkan dengan pendaki lainnya.
Ketika sampai di Surya Kencana mata langsung disuguhkan dan dimanjakan dengan keindahan bunga eidelweiss. Semangat yang awalnya menipis dan hampIr merasa pesimis untuk mencapai puncak mendadak hilang seketika dan disinilah CINTA PEMANDANGAN PERTAMA saya dimulai. Tidak hanya karena keindahan taman surya kencana yang dipenuhi dengan pohon" eidelweiss tetapi kekompakkan team Hat pun membuat suasana semakin ramai, seru, dan menyenangkan walau ditengah hujan yang tak kunjung henti sampai malam hari.
Gerutu dalam hati yang sempat membuat saya berfikir menyesal mengikuti acara naik gunung ini karena lelahnya mendaki tiba-tiba berubah seketika menjadi sebuah kepuasan diri dan semuanya terasa terbayar dengan keindahan kebun eidelweiss yang saat itu tampak di depan mata. Tidak hanya sampai di surya kencana saja keindahan yang saya rasakan, keesokan pagi kami kembali mendaki sekitar 30 menit untuk mencapai puncak gunung gede. Dan lagi-lagi saya merasa puas dapat melihat pemandangan alam dari ketinggian 2958 MDPL. Selang beberapa menit kami bergegas meninggalkan puncak gunung. Berat rasanya cepat-cepat meninggalkan pemandangan indah itu, tapi apa mau dikata kami semua dikejar waktu agar tidak kemalaman sampai jakarta dan jalur cibodas lah  yang dipilih oleh tim HAT sebagai jalur pulang.
Berbeda dengan jalur gunung putri dengan kemiringan hampir bahkan memang 90 derajat, jalur cibodas ternyata lebih bersahabat dan lebih mudah dilalui karena jalannya sudah berupa susunan-susuan batu yang disusun dengan rapi sehingga kami para pendaki bisa berjalan dengan mudah bahkan setengah berlari mendahului pendaki lainnya. Selain jalurnya yang lebih bersahabat jalur cibodas ternyata menyuguhkan berbagai pemandangan-pemandangan indah yang bisa kita lihat selama perjalanan pulang yang bisa menimbulkan semangat kembali..
Sedikit catatan pribadi saya, banyak hal yang tidak pernah terpikirkan dalam benak saya sebelumnya  dan menjadi salah satu faktor cinta pemandangan pertama saya yaitu, ternyata pecinta alam itu lebih tangguh dan memiliki tingkat solidaritas yang tinggi dibandingkan dengan orang yang memiliki hobi lainnya. Dapat dibuktikan, saat salah satu anggota dengan bawaannya yang sudah snagat banyak masih bisa dan mampu membantu membawakan tas ketika punggung dan bahu saya terasa mulai keram, ada juga beberapa orang yang membawa bawaannya lebih berat dari berat badan mereka sepertinya, tak lupa dengan pengalaman salah satu tim yang kakinya cedera tapi masih saja berlari turun gunung dan tidak meminta bantuan teman lainnya… (luar biasa semuanya)
Itulah kesan cinta pemandangan pertama saya (cipa)
INI TULISANKU.. MANA TULISANMU???

Menunggu Bintang di Surya Kencana

Menunggu Bintang di Surya Kencana
 
Kuseduh Jahe hangat dari kompor paraffin sebelum memulai tulisan ini, ditemani tetesan embun dingin mengalir di sela tenda, yang terhampar di Alun-Alun Surya Kencana. Gambaran setting film “Soe Hok Gie” dengan hamparan eidelweiss di Alun-Alun Surya Kencana  menginspirasi untuk bergabung dengan Ekspedisi Gede dengan Honda Adventure Team (HAT).
 
“Kembali ke Masa Muda !”  Itulah semangat saya dalam ekspedisi kali ini.
 
Menuju puncak Gede dengan ketinggian 2958 MDPL (Meter Di atas Permukaan Laut) bisa dilalui dua jalur, Gunung Putri atau Cibodas. Tergantung selera dan kemampuan.  
 
Jika ingin jalur cepat dan menantang, silakan ambil jalur gunung Putri dengan trek pendakian nyaris 90 derajat dengan kondisi pendakian terjal dan nyaris tanpa “bonus”, maksud “bonus” adalah trek lurus dan datar sehingga bisa irit tenaga saat pendakian. Jika ingin jalur yang “sedikit” lebih layak dan banyak pemandangan, silakan ambil trek CIbodas. Jalurnya datar dan ada beberapa pemandangan sebagai pelepas kepenatan. Air terjun Cibereum, melewati air belerang sampai Tanjakan Setan.   
 
Pilihan kami melalui Gunung Putri. Sederhana saja, karena kami ingin bermalam di Surya Kencana yang terkenal dengan padang Eidelweissnya. Setelah mengurus perijinan pada ranger setempat di GPO (Gede Pangrango Operation).
 
Pesan standar ranger ”Jangan Bawa Eidelwiess, jangan naik pakai sandal, harus pakai sepatu, sampah dimasukkan kantung plastik dan dibawa turun.” Itulah pasal-pasal wajib para pendaki Gede, kalau ingin aman dan selamat. Oiya, ranger itu petugas yang bertugas mengontrol para pendaki. Cara kerjanya cukup rapi, jauh-jauh hari kami diharuskan mendaftar dengan menyetor KTP untuk data para pendaki.     
 
Gaya Deni Sumargo dan kawan-kawannya di film 5 cm memberikan inspirasi team ekspedisi Gede kali ini untuk banyak gaya saat mendaki alias foto, bahkan ada yang berharap ketemu jodoh di Gunung Gede.
 
”Punten... punten !” sapaan tiga orang setengah baya mengagetkan kami saat menapaki setengah perjalanan. Ternyata mereka adalah team Nasduk atau team penjual nasi uduk. Mereka adalah warga  di kaki gunung yang mengais rejeki dengan menjual Nasi Uduk di puncak gunung Gede. Tebak berapa waktu yang mereka butuhkan untuk naik ke puncak Gede ? Cukup 3 jam saja. Hanya dengan berbekal satu ransel kecil berisi nasi uduk bungkus dan sepatu ala kadarnya, mereka menaklukkan tanjakan terjal.
 
Beda banget dengan team kita yang naik gunung dengan membawa ransel sebesar lemari es dan peralatan lengkap.
 
Jaket basah, dengkul ”koplak” seolah terbayar saat sepatu karimor ini menapaki area alun-alun Surya Kencana. Baru kali ini melihat padang rumput seluas itu dengan goresan eidelweiss di setiap sudutnya. Kami melihat sisi barat Surya Kencana, alasannya mendekati mata air dan dekat dengan jalur menuju puncak Gede.
 
Berbagi makanan dengan para pendaki lain grup bisa jadi salah satu bentuk rasa persaudaraan antar anak gunung. Jangan kira di puncak gunung makanan tak terjamin. Sebut saja semua makanan enak yang ada di dunia ini. Nasi uduk ? Ada... Sosis goreng ? Ada... rendang balado ? Ada.... sampai indomie rebus pakai telor pun ada. Silakan dibayangkan gimana cara bawa telor mentah ke puncak gunung.  
 
Saat yang tepat untuk mendaki sebenarnya Juni atau Juli, dimana saat itu adalah saatnya bunga Eidelweiss cantik-cantiknya mekar. Ekspedisi kali ini dilakukan April dengan background cerita hujan dan hujan dan hujan. Baju, jaket, sepatu basah. Justru itulah seninya perjalanan kali ini.
 
Menunggu bintang di musim penghujan seperti ini bagaikan mengharap Gogon Srimulat berambut gondrong alias lama banget.  Kerlipan Bintang hanya sempat mengintip sebentar untuk kemudian hilang ditelan pekatnya langit. Hilang sudah harapan mengabadikan cakrawala fajar alias sunrise.
 
Menaklukkan puncak Gede ternyata tidak seindah yang dibayangkan. Ratusan pendaki sudah memenuhi puncak Gede. Sehingga mau foto saja susah. Ternyata bukan itu saja. Sudah menunggu dengan manisnya beberapa Tukang jualan Pop Mie dan Kopi panas. Tenang, jangan kaget dulu. Ternyata tukang Pop Mie juga membawa anaknya yang berumur 12 tahunan. Mari dibayangkan lagi gimana itu tukang pop mie membawa anak kecil.   
 
Turun melalui jalur Cibodas bagaikan jalur surga setelah kami mendaki melalui jalur gunung putri. Setelah berteduh dan menghabiskan bekal sejenak di Kandang Badak, area perkemahan para pendaki sebelum menuju puncak Gede. Balapan menuju Cibodas pun tidak terhindarkan, Sepatu copot, jempol kaki kejepit, dengkul koplak pun menjadi pemandangan yang lazim.  
 
Air terjun Cibereum merupakan objek yang juga wajib dikunjungi bagi pendaki yang pertama kali melewati jalur Cibodas, serta berfoto di jembatan rawa Gayonggong.
 
Pedasnya  Indomie rebus telur cabe ijo dan teh hangat Mang Idi, salah satu warung terkenal dikalangan pendaki di Cibodas, menutup ekspedisi Gunung Gede kali ini.  ( Chayo )
 
 
Ini Tulisanku… Mana Tulisanmu ?

Sabtu, 11 Mei 2013

4-5 Mei 2013 - papandayan

Sabtu dan minggu , itulah hari libur, mumpung nggak ada lembur , kami pun berangkat menuju gn.papandayan

Jumat, 10 Mei 2013

Sejarah Mountaineering


Sejarah Mountaineering Indonesia
1492
Sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Tak jelas benar tujuan Mereka, tetapi yang jelas, sampai beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois, sejenis kambing gunung. Jadi mereka memanjat karena dipaksa oleh mata pencaharian, kurang lebih mirip para pengunduh sarang burung walet gua di tebing-tebing Kalimantan Timur atau Karang Bolong, Jawa Tengah.

1623
Yan Carstensz adalah orang Eropa pertama yang melihat \".....pegunungan yang sangat tinggi, di beberapa tempat tertutup salju !\" dipedalaman Irian. Salju itu sangat dekat ke khatulistiwa. Laporannya takdipercaya di Eropa, padahal belum lama berselang diberitakan ada juga salju di Pegunungan Andes dekat khatulistiwa.

1624
Masih berkaitan dengan pekerjaan juga, pastor-pastor Jesuit merupakan orang-orang Eropa pertama yang melintasi Pegunungan Himalaya, tepatnya Mana Pass (pass = pelana/punggungan yang terentang antara dua puncak), dan Garhwal di India ke kawasan Tibet.

1760
Profesor de Saussure agaknya begitu jatuh cinta pada Mont Blanc diperbatasan Perancis-Italia, sehingga dia menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang dapat menemukan lintasan ke puncaknya, untuk penyelidikan ilmiah yang diimpikannya. Sayang tak ada yang tertarik, terutama karena keder terhadap naga-naga yang konon mbaurekso di puncak gunung tertinggi di Eropa Barat itu.

1786
Setelah beberapa percobaan gagal, Puncak Mont Blanc (4807 m) digapai manusia. Mereka adalah Dr.Michel-Gabriel Paccard dan seorang pandu gunung, Jacques Balmat. Puncak tertinggi di Alpen yang didaki sebelumnya adalah Lysjoch (4153 m), tahun 1778.

1830
Alexander Gardiner melintasi Pelana Karakoram dari Sinkiang di Cina ke wilayah Kashmir di India.

1852
Ahli-ahli ukur tanah di India berhasil menentukan ketinggian Puncak XV, 8840 meter. Berarti puncak tertinggi di dunia, mengalahkan Puncak VIII (Kangchenjunga, 8598 m) yang sebelumnya dianggap paling tinggi. Puncak XV itu lalu diberi nama Everest (padahal aslinya orang Nepal menyebutnya Sagarmatha, atau Chomolungma kata orang Tibet). Belakangan ketinggiannya dikoreksi, 8888 meter, lalu dikoreksi lagi menjadi 8848 meter, sampai sekarang.

1854
Batu pertama Zaman Keemasan dunia pendakian di Alpen, diletakkan oleh Alfred Wills dalam pendakiannya ke Puncak Wetterhom (3708 m), cikal bakal pendakian gunung sebagai olah raga.

1857
Alpine Club yang pertama berdiri, di Inggris.

1858
Ketinggian K2 (singkatan Karakoram nomer 2) terukur, 8610 meter, menggeser lagi kedudukan Kangchenjunga menjadi juara tiga.

1865
Dinding selatan Mont Blanc dipanjat untuk pertama kali lewat lintasan Old Brenva, menandai lahirnya panjat es (ice climbing). Sementara itu di Alpen bagian tengah, Edward Whymper dan enam rekannya berhasil menggapai Puncak Matterhorn (4474 m)di Swiss. Tetapi 4 anggota tim, yang saling terikat dalam satu tali, tewas dalam perjalanan turun, ketika salah seorang terpeleset jatuh dan menyeret yang lain. Musibah ini mengakhiri 11 tahun Zaman Keemasan. Tak urung lebih dari 180 puncak besar telah
didaki dalam masa itu, sedikitnya satu kali, dan lebih dari setengahnya oleh orang-orang Inggris.

1874
WA Coolidge mendaki Puncak Jungfrau dan Wetterhorn di musim dingin, sehingga digelari Bapak Winter Climbing. Pada tahun 1870-an ini muncul trend baru, pendakian tanpa pemandu, yang segera menjadi ukuran kebanggaan di antara pendaki.

1878
Regu yang dipimpin Clinton Dent berhasil memanjat Aiguille du Dru di Perancis, memicu trend baru lagi, yaitu pemanjatan tebing-tebing yang tak seberapa tinggi namun curam dan sulit.

1883
WW Graham menjadi orang Eropa pertama yang mengunjungi Pegunungan Himalaya dengan tujuan mendaki gunung sebagai olahraga dan petualangan. Dia mendaki beberapa puncak rendah di kawasan Nanda Devi dan Sikkim India, bahkan konon berhasil mencapai Puncak Changabang (6864 m).

1895
Percobaan pertama mendaki gunung berketinggian di atas 8000 meter, Nanga Parbat (8125 m), oleh AF Mummery. Orang Inggris yang sering disebut Bapak Pendakian Gunung Modern ini hilang pada ketinggian sekitar 6000 meter.

1899
Ekspedisi Belanda pembuat peta di Irian menemukan kebenaran laporan Yan Carstensz, yang dibuat hampir 3 abad sebelumnya. Maka namanya diabadikan di situ.

1902
Percobaan pertama mendaki K2, oleh ekspedisi dari Inggris.

1907
Ekspedisi di bawah Tom Longstaff mendaki Trisul (7120 m), puncak 7000-an yang pertama. Longstaff adalah orang pertama yang mencoba penggunaan tabung oksigen dalam pendakian.

1909
Ekspedisi Persatuan Ahli Burung dari Inggris (BPUE) memasuki rawa-rawa sebelah selatan kawasan Carstensz. Dalam 16 bulan mereka kehilangan 16 orang anggota mati dan 120 sakit.

1910
Karabiner buat pertama kali dipakai dalam pendakian gunung, diperkenalkan oleh pemanjat-pemanjat dari Munich, Jerman Barat, diilhami oleh penggunaannya dalam pasukan pemadam kebakaran.

1912
Eks anggota ekspedisi BPUE 1090, Dr.AFR Wallaston, kembali ke Irian bersama C.Bodden Kloss, dengan 224 kuli pengangkut barang dan serdadu. Tiga jiwa melayang.

1921
George L.Mallory dkk. berhasil sampai di North Col Everest dalam perjalanan penjajagan mereka dari sisi Tibet.

1922
Usaha pertama mendaki Everest berakhir pada ketinggian 8320 meter di punggungan timur laut.

1924
Mallory dan Irvine yang kembali mencoba Everest, hilang pada ketinggian sekitar 8400 meter. Rekannya, Edward Norton, mencapai 8570 meter, rekor waktu itu, sendirian dan tanpa bantuan tabung oksigen.

1931
Schmid bersaudara mencapai Puncak Matterhorn lewat dinding utara, sekaligus melahirkan demam North Wall Climbing. Peningkatan taraf hidup di Inggris dan Eropa daratan pada umumnya, menimbulkan perubahan pola penduduk kota melewatkan waktu luangnya, menyebabkan populernya panjat tebing.

1932
Grivel memperkenalkan cakar es (crampoon) model 12 gigi, yang karena efektifnya tetap disukai hingga kini.

1933
Comici dari Italia memanjat overhang dinding utara Cima Grande Lavredodi kawasan Dolomite, Alpen Timur, menandai aid climbing yang pertama. Sekitar tahun ini pula sol sepatu Vibram ditermukan oleh Vitale Bramini.

1936
Dr.A.H.Colijn, manajer umum perusahaan minyak Belanda dekat Sorong, dan geolog DrJ.J.Dozy, menemukan bijih tembaga di kawasan dinding timur Gletser Moriane, tak jauh dari kawasan Carstensz, Irian.

1937
Bill Murray mengubah tongkat pendaki yang panjang menjadi kapak es, menandai lahirnya panjat es modern.

1938
Dinding utara Eiger di Swiss akhirnya berhasil dipanjat, oleh tim gabungan Jerman Barat dan Austria, yang oleh Hitler diiming-imingi dengan medali emas olympiade. Dinding maut ini sebelumnya telah menelan cukup banyak korban, dan berlanjut hingga kini. .

1941
Ekspedisi Archbold \'menemukan\' Lembah Baliem, kantung suku Dani dengan tingkat kebudayaan yang amat tinggi, di tengah belantara yang seolah tak berbatas dan tak tertembus. Irian kian jadi perhatian ilmuwan-ilmuwan dunia.

1949
Nepal membuka perbatasannya bagi orang luar.

1950
Tibet dicaplok Cina. Pendakian Himalaya dari sisi ini tak diperkenankan lagi. Maurice Herzog memimpin ekspedisi Perancis mendaki Annapurna (8091m), puncak 8000-an yang pertama, menandai awal 20 tahun Zaman Keemasan pendakian di Himalaya. Di Alpen, tali nilon mulai dipergunakan. Sebelumnya, tali serat tumbuhan hampir tak memiliki kelenturan, sehingga ada\'hukum\' bahwa seorang leader tak boleh jatuh, sebab hampir pasti pinggangnya patah tersentak. Pakaian bulu angsa mulai membuat malam-malam di bivouac lebih nyaman.

1951
Don Whillan menemukan pasangannya, Joe Brown, duet pemanjat terkuat yang pemah dimiliki Inggris. Panjat bebas (free climbing) gaya Inggris menjadi tolok ukur dunia panjat tebing. Walter Bonatti dkk. menyelesaikan dinding timur Grand Capucin, awal aid climbing pada tebing yang masuk kategori big wall. Bermula di Inggris, terjadi Revolusi Padas. Tebing batu gamping ternyata tak serapuh yang selama itu disangka. Tebing-tebing granit dan batuan beku lainnya mendapat saingan.

1952
Herman Buhl solo di dinding timur laut Piz Badile di Swiss, dalam waktu 4 1/2 jam. Inilah nenek moyang speed climbing. Rekor waktu pada rute tersebut, yang dibuat tahun 1937, 52 jam !

1953
Herman Buhl dkk. menggapai Puncak Nanga Parbat (8125 m), puncak 8000-an kedua yang didaki orang. Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris, menjadi manusia-manusia pertama yang berdiri di puncak atap dunia, Everest.

1954
Ekspedisi Inggris sukses di Kangchenjunga, ekspedisi Perancis sukses di Makalu (8463 m). Di Alpen, Don Whillan dan Joe Brown mencatat dinding Barat Aiguille du Dru dalam 2 hari, rekor lagi.

1955
Walter Bonatti solo pilar barat daya du Dru 6 hari.

1956
Ekspedisi Jepang berhasil mendaki Manaslu (8163 m). Jepang segera menjadi salah satu negara besar dalam dunia pendakian di Himalaya.

1957
Herman Buhl dan tim Austria mencapai Puncak Broad Peak (8047 m), sekaligus mematok pendakian pertama gunung 8000-an dengan alpine tactic.

1958
Lapangan terbang perintis dibuka pada beberapa lokasi di Irian, membangkitkan semangat para pendaki gunung untuk menjajal Carstensz, sang perawan salju di khatulistiwa.

Inilah alamatku ....

Honda Adventure Team - PT AHM http://hatptahm.blogspot.com/

May Day

Yups ... 1 Mei 2013 dimana hari tersebut adalah harinya kaum buruh, kamipun selaku bagian dari buruh ikut juga berpartisipasi dalam event ini .
Inilah Petualangan .....
Yang penting Out Door ...

hidup buruh .....

Kamis, 09 Mei 2013

Hari ini

Hari ini , hari jumat 10 Mei 2013 . Awal dimana saya mencoba belajar menulis di blog. Semoga saya lancar dan tambah lancar . 

Siapa tau saja tulisan ini kelak bisa bermanfaat bagi diri saya sendiri


Amin .....